Mengenal Cangkriman: Pengertian, Fungsi, Ciri-ciri, Jenis dan 10 Contohnya

contoh cangkriman

Balaibahasajateng, Mengenal Cangkriman: Pengertian, Fungsi, Ciri-ciri, Jenis dan 10 Contohnya – Sastra Jawa merupakan salah satu warisan leluhur yang tidak akan pernah habis untuk dipelajari. Sastra Jawa sendiri memiliki berbagai macam jenis sastra, mulai dari puisi, cerita, lagu, hingga pantun. Secara umum, karya sastra Jawa sama halnya seperti yang kita pelajari pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Yang membedakan hanyalah penggunaan Bahasa Jawa sebagai Bahasa pengantar yang digunakan. Selain yang telah disebutkan, sastra Jawa juga memiliki karya sastra yang menarik untuk dipelajari loh, yaitu cangkriman.

Cangkriman lebih sering digunakan sebagai media hiburan bagi anak-anak sekaligus sebagai permainan tradisional khas Jawa. Uniknya, sastra jawa ini bisa berkembang hingga memiliki empat jenis tidak melalui media pengajaran. Sastra jawa ini berkembang secara alamiah. Seiring dengan berjalannya waktu, kini  menjadi salah satu materi yang diatur dalam kurikulum mata pelajaran Bahasa Jawa. Keren ya! 

Pengertian Cangkriman

Biasa disebut juga capean merupakan hiburan yang digemari masyarakat sejak dulu sebagai permainan teka-teki Bahasa Jawa yang memiliki makna tersirat dan/atau tidak sesungguhnya, sehingga kita perlu menemukan arti atau maksud yang benar dari kalimat tersebut dengan cara menebaknya.

Dari namanya, cangkrim berasal dari kata “cangkrim” yang berarti “bedhek” atau menebak. Dalam Bahasa Jawa, capean memiliki definisi unen-unen sing isine kudu dibathang utawa dibedhek lan dijawab, atau jika diartikan dalam Bahasa Indonesia bahwa capean merupakan kata-kata yang harus ditebak dan dijawab. 

Hingga kini tidak ada trik atau tips khusus dalam menjawab capean. Kebanyakan capean merupakan tebak-tebakan yang bersifat humor, sehingga tidak memerlukan pemikiran yang begitu kompleks atau sulit.

Baca juga: Budaya: Pengertian, Ciri Ciri, Unsur dan Fungsi yang Wajib Kita Ketahui

Ciri – Ciri Cangkriman

Untuk membedakan apakah kalimat tersebut merupakan cangkriman atau bukan, terdapat ciri-ciri yang bisa kita ketahui untuk membedakan kalimat biasa atau capean. 

  1. Ciri pertama adalah juga disebut sebagai tebak-tebakan. 
  2. Ciri kedua adalah tidak menggunakan petungane wanda atau hitungan wanda (suku kata). Hitungan wanda biasanya muncul pada parikan, salah satu jenis puisi Jawa dengan pantun Melayu. 
  3. Ciri ketiga dari sebuah adalah tidak menggunakan purwakanthi swara atau purwakanthi yang memiliki bunyi huruf vocal yang sama. Purwakanthi sendiri merupakan pengulangan atau mengikuti kata awal atau sebelumnya. 
  4. Ciri keempat adalah bentuk adalah tebak-tebakan yang harus dicari jawabannya. 

Dari ciri-ciri di atas, kita bisa tahu bahwa sastra Jawa ini memiliki ciri khas yang berbeda dengan sastra Jawa lainnya yang mayoritas berbentuk ungkapan, puisi, atau pantun. 

Fungsi Cangkriman Dalam Kehidupan

Mungkin kamu akan mempertanyakan, sebenarnya apa sih fungsinya dalam kehidupan sehari-hari? Wah, tidak hanya berfungsi sebatas tebak-tebakan saja. Capean juga dapat digunakan sebagai sebuah dialog dalam sebuah pewayangan hingga digunakan untuk sayembara pemain drama. Selain itu, merupakan media untuk melatih otak kita dalam berpikir, karena dalam menjawab cangkriman, kita perlu berpikir kreatif dan cepat. Terakhir, tentu memiliki fungsi sebagai hiburan saat bertemu dengan seorang teman atau saat jenuh dengan waktu luang. 

Jenis Cangkriman dan Contohnya

Tidak hanya puisi yang terbagi menjadi beberapa jenis, dalam sastra Jawa, cangkriman terbagi menjadi 4 jenis, yaitu Wancahan, Pepindhan, Cangkriman Blenderan, dan Tembang.

Wancahan

Cangkriman Wancahan adalah yang berwujud singkatan atau akronim dari sebuah kata. Wancahan juga dapat berarti yang diambil dari sebuah suku kata. Wancah sendiri memiliki arti singkatan atau akronim. 

Dalam membuat wancahan, perlu diingat bahwa wancahan menggunakan satu atau dua suku kata. Sebagai contoh, kata status menjadi tus, atau kata bubur menjadi bur. Penggunaan satu atau dua suku kata ini juga menjadi ciri khasnya. Selain itu, wancahan juga memiliki ciri khas berupa kata sehari-hari yang sering kita gunakan. Contohnya adalah burnas kopen (bubur panas kokopen), gerbong tuli (pager kobong watune mendhelis), manuk biru (pamane punuk bibine kuru), tuwan sinyo (untuk kedawan gusi menyonyo), dan teh nasgithel (teh panas, legi, lan kenthel). 

Blenderan

Cangkriman Blenderan adalah yang berbentuk pertanyaan plesetan yang digunakan untuk mengecoh lawan. Blenderan saat ini juga umum digunakan, walaupun dalam Bahasa Indonesia loh. Berikut adalah beberapa contohnya. 

  • Gajah numpak becak ketok apane? (Gajah naik becak yang terlihat apa?) 

Jawaban : Ketok ndobose (kelihatan bohongnya)

  • Tulisanne arab, macane saka ngendi

Jawaban : Saka alas (dari hutan. Hal ini, kata “macane” tidak diartikan sebagai membaca, namun sebagai hewan yaitu macan)

Pepindhan

Cangkriman Pepindhan memiliki arti pepindhan atau pengandaian. Pepindhan merupakan sebuah kata yang menyamakan dua objek karena sifatnya. Berikut ini contohnya. 

  • Bocah cilik nggendong omah

Jawaban : Bekicot (karena cangkang bekicot atau siput diibaratkan rumah dan siput diibaratkan sebagai anak kecil karena berukuran lebih kecil dari cangkang)

  • Dicakot bongkote sing kalong pucuke

Jawaban : Rokok (karena saat merokok kita akan menghisap bagian paling belakang rokok namun yang habis adalah ujung depan rokok)

Tembang

Sesuai dengan namanya, cangkriman tembang mengandung unsur lirik tembang atau lagu Bahasa Jawa namun masih seperti pepindhan. Untuk memahaminya berikut adalah contohnya. 

  • Bapak pucung, renteng-renteng kayu kaling, dawa kaya ula, pencokanmu wesi miring, sing disaba, si pucung mung turut kutha

Jawaban : Sepur 

  • Bapak pucung, amung sirah lawan gembung, padha dikunjara, mati sajroning ngaurip, mijil baka, si pocung dadi dahana

Jawaban : Penthol korek

Mempelajari cangkriman bukanlah hal yang sulit loh, kamu bisa memulainya dengan sering berlatih memahami tebak-tebakan atau mencari-cari di internet.

Baca juga: Contoh Kata dan Kalimat Homonim

Nah itulah penjelasan tentang Cangkriman yang selama ini terpinggirkan oleh perkembangan zaman. Semoga bisa terus dilestarikan oleh generasi berikutnya. Selamat mencoba dan belajar ya!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *