Balaibahasajateng, Variabel Penelitian: Pengertian, Jenis, Cara Menentukan, Contoh – Sebuah penelitian dikatakan baik apabila tahap pengukuran maupun pengujian variabelnya dapat menguatkan suatu hipotesis atau justru menggugurkannya.
Hal tersebut sesuai dengan pengertian variabel penelitian menurut para ahli yang pada kenyataannya membentuk bermacam-macam teori serta fakta bahwa variabel sudah seperti jantungnya penelitian.
Sebab terikat adanya sebab dan akibat dari masalah yang hendak dijadikan fokus utama permasalahan.
Seperti yang diungkapkan oleh Charles, C.M. (1995: 29) bahwa variabel penelitian merupakan karakteristik yang cenderung berbeda dari satu individu terhadap individu lainnya, meskipun dua individu atau lebih mungkin juga memiliki kriteria atau ukuran variabel yang serupa.
Sedangkan menurut Sugiyono (2009:38) kurang lebih menyatakan bahwa variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudia ditarik kesimpulannya.
Nah, dari situ kita pasti sudah ada gambaran bukan apa itu variabel penelitian? Agar lebih mudah mempelajarinya, kita simak yuk ulasan lengkapnya di bawah ini!
Pengertian Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah objek yang akan dijadikan pusat terpenting sebuah penelitian.
Keberadaan variabel dalam penelitian seperti halnya kasus yang hendak diinvestigasi.
Maka untuk membuktikan kebenarannya, objek tersebut harus diukur, dipilah, dan diuji terlebih dahulu sehingga bisa menarik simpulan tertentu.
Singkatnya, variabel penelitian merupakan sasaran serta topik utama yang akan diselidiki, diinvestigasi, diteliti, dan akan dikembangkan lebih lanjut oleh seorang peneliti.
Di dalam sebuah metode penelitian, ada berbagai macam variabel penelitian.
Di antaranya sebagai berikut!
Jenis Variabel Penelitian
Variabel Penelitian Kualitatif
Apa itu variabel penelitian kualitatif? Yakni karakteristik yang bisa kita amati dengan menyimpulkannya melalui observasi fenomena atau peristiwa yang sedang diteliti.
Artinya, variabel penelitian kualitatif ini diukur berdasarkan opini (atribut fisik yang berupa pendapat informan, responden, serta pihak-pihak yang dijadikan sumber penelitian) dengan mendasarkannya pada kualitas.
Karena yang dijadikan rujukan adalah keterangan-keterangan deskriptif, maka seorang peneliti harus lebih objektif dan menggunakan hasil yang sebenar-benarnya sesuai dengan temuan.
Pada variabel kualitatif juga, peneliti mungkin akan mengalami kesulitan ketika harus menggeneralisasi keseluruhan fenomena yang sedang ia amati akibat gesekan emosional antara partisipan dengan diri sendiri.
Oleh sebab itu, penting untuk tetap fokus pada objek yang sedang didalami.
Dengan kata lain, ia harus menggunakan pendekatan holistik yang menimbulkan dampak terhadap penelitian tersebut.
Baca juga: Inilah 8 Metode Penelitian Kuantitatif yang Harus Diketahui
Contoh Studi Kasus
Misalnya nih kita sedang meneliti “Sampah yang Menumpuk di Sungai Cikini Dipengaruhi oleh Kebiasaan Buruk Warga Sukawedi yang Kurang Teredukasi”
Dari judul di atas, kita bisa mencari beberapa sumber partisipan yang bersedia diwawancarai perihal fenomena tersebut.
Katakanlah seorang pria berusia sekitar 28 tahun mengatakan “Tumpukan sampah di sungai itu tuh karena warga kurang memiliki tempat untuk pembuangan, makanya semua dilempar ke kali”
Lalu, seorang wanita paruh baya menambahkan “Iya, karena kami pikir lebih baik dibuang di sungai karena siapa tahu kan hanyut dan yah.. kami jadi bebas”
Kemudian ada lagi yang berpendapat “Kalo menurut saya sih sangat disayangkan ya, kenapa harus buang sampah di sungai? Selain mencemari lingkungan juga jadi menciptakan problematika limbah yang cukup memprihatinkan! Warga perlu diedukasi kembali saya rasa”
Ketiga pernyataan tersebut bisa kita kumpulkan, amati, dan barulah mengambil penilaian sebagai dasar kuat variabel penelitian.
Ingat, variabel penelitian kualitatif bukan berupa angka atau numerik ya melainkan pernyataan, pendapat, hasil dokumentasi, wawancara, dan sejenisnya.
Nanti dari hasil wawancara yang berupa opini subjektif tersebut kita bisa menarik kesimpulannya untuk menjawab analisis induktif yang sudah dirancang
Selebihnya lagi, masih bisa kita kembangkan di masa depan dengan menetapkan instrumennya seperti tes, kuisioner, dan sejenisnya.
Menurut beberapa pakar, variabel penelitian kualitatif dibagi ke dalam dua skala yakni variabel kualitatif nomial dan ordinal.
Variabel kualitatif nominal adalah karakteristik yang tidak menggunakan pengukuran secara numerik sehingga tidak ada perlakuan khusus pada kriteria yang dipilih.
Namun justru variabel nominal ini ditetapkan menuurt tahap atau alur penggolongannya.
Misalnya saja yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari seperti; status pernikahan, status pendidikan, jenis pekerjaan, dan lain-lain.
Bagi kamu yang ingin melakukan pengukuran dengan menggunakan variabel penelitian kualitatif bisa melihat beragam jenis perpektif yang di antaranya adalah;
Perspektif
1. Karena pendekatan yang digunakan adalah holistik, maka seorang peneliti sebaiknya tidak ikut campur dalam pengungkapan opini dari sumber yang dikorek keterangannya.
Hal ini dimaksudkan agar hasil penelitian lebih natural dan berdasarkan fakta yang dicari.
2. Instrumen (media atau sarana) yang digunakan dalam penelitian bisa berupa penyebaran kuisioner, pengisian tes, dan inventory tertentu.
3. Sebaiknya peneliti juga tidak menggunakan hipotesis karena nanti akan mengarahkan narasumber sehingga terbentuk penggiringan opini.
Justru sebaliknya, idealnya peneliti benar-benar fokus untuk memahami isi data yang dikumpulkan dari mereka dan kemudian bisa menarik kesimpulan berdasarkan suara terbanyak dan terendah.
4. Data lapangan dianggap sebagai data utama bagi peneliti sehingga teori yang dibawa sebelumnya (diambil dari buku dan sejenisnya) sebisa mungkin tidak dijadikan alat untuk membatasi dalam membangun serta mengembangkan teori di luar sana.
5. Kualitatif juga lebih mempercayai situasi yang real dan apa adanya, sehingga tidak perlu terlalu sibuk untuk merancang sebuah desain.
Sebaliknya, memahami data dan fokus utama pada objek lebih penting.
6. Peneliti juga disarankan agar memahami situasi di lapangan dengan baik melalui serangkaian proses sosial yang dianggap lebih banyak memberikan pertimbangan-pertimbangan baru.
Selain masalah perspektif, dalam penelitian kualitatif ini seorang peneliti juga tidak boleh mengganggu ketenangan masyarakat atau warga supaya semua rencana berjalan sempurna.
Variabel Penelitian Kuantitatif
Sekarang kita beralih pada variabel penelitian kuantitatif, yakni kebalikannya kualitatif.
Secara garis besar, variabel penelitian kuantitatif adalah karakteristik yang bisa digambarkan hasilnya, diinterpretasikan, dan diukur menggnakan satuan angka (numerik).
Untuk mengukurnya dalam bentuk hitungan matematis, seorang peneliti bisa menggunakan beberapa instrumen atau alat.
Namun, dalam pengukurannya, rata-rata masih banyak memanfaatkan software SPSS, terutama para mahasiswa.
Ada pun jenis variabel kuantitatif adalah kontinu(m) dan diskrit.
Variabel Diskrit
Merupakan variabel yang hanya dikategorikan ke dalam dua pernyataan sebagai jawaban yaitu “Ya” dan “Tidak” atau “Benar” dan “Salah”.
Ini artinya, nilai yang diukur mempunyai batasan tertentu alias tidak semua bisa dihitung dan fungsinya untuk mengategorikan serta mengklasifikasikan satuan tertentu.
Akibat nilai yang terbatas, maka sifat dari variabel diskrit cukup spesifik atau khusus.
Untuk data yang digunakan dalam variabel ini pun jenisnya dikotomik, yakni terbagi ke dalam dua kelompok saja.
Contoh Variabel Diskrit
Misalnya, pengelompokkan gender dijabarkan sebagai berikut ;
15 untuk ‘Male’ (pria) dan 17 untuk ‘Female’ (wanita).
Angka 15 di sini hanyalah simbol yang berguna malebeli saja, sehingga tidak ada kaitannya dengan lebih tinggi maupun rendah.
Meski masuk ke dalam variabel penelitian kuantitatif, hasil akhir data dari variabel diskrit ini adalah bilangan yang dibulatkan.
Jadi untuk angka 3.2, 4.6, dan 7.9 itu tidak ada.
Melainkan dibulatkan menjadi 4, 5, 8, dan seterusnya.
Baca juga: Contoh Hipotesis Penelitian
Variabel Moderating dalam Penilaian
Ada yang mengatakan bahwa variabel moderating dengan variabel intervening (modiator) itu sama.
Padahal keduanya berbeda meskipun memiliki salah satu kesamaan yakni memengaruhi hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat.
Kamu pasti bingung kan? Nah, sebelum membahasnya lebih jauh kita belajar dulu tentang jenis variabel ini yuk!
Variabel Moderating atau lebih dikenal dengan moderasi adalah sebuah variabel independen yang mampu memperkuat, meyakinkan, mengukuhkan, bahkan sebaliknya juga bisa melemahkan hubungan antara variabel terikat lainnya terhadap variabel dependen (bebas).
Kendati demikian, antara variabel moderasi dan mediasi (intervening) juga memiliki perbedaan yang tak kasatmata.
Variabel moderating memengaruhi keterkaitan antara variabel independen terhadap depeden, tetapi posisinya berada di luar.
Dengan kata lain, variabel ini memiliki hubungan yang tidak searah atau sejalur seperti variabel intervening.
Untuk lebih mudah dalam memahaminya, kita bisa menggunakan contoh berikut:
Contoh Variabel Moderating dalam Penelitian
X1 sebagai variabel independen: Liarnya Pengendara Motor
Y sebagai variabel dependen: Angka Kecelakaan pada Pejalan Kaki di Zebra Cross
X2 sebagai variabel moderating: Ketiadaan CCTV
Dari catatan di atas, kita bisa membuat judul “Pengaruh Liarnya Pengendara Motor Terhadap Angka Kecelakaan Pada Pejalan Kaki di Zebra Cross dengan Ketiadaan CCTV sebagai Variabel Moderating.
Keberadaan ‘Ketiadaan CCTV’ sebagai X2 atau Variabel Moderating di sini mampu menguatkan hubungan antara ‘Liarnya Pengendara Motor’ terhadap ‘Angka Kecelakaan pada Pejalan Kaki di Zebra Cross’.
Untuk pengujiannya sendiri, kamu pun bisa menggunakan beberapa cara seperti uji interaksi, selisih mutlak, dan residual.
Uji interaksi atau moderated regression analysis merupakan teknik yang berasal dari regresi linier berganda untuk membantu mengetahui tingkat unsur interaksi apabila terjadi kesamaan dalam hasil pengujian.
Tidak hanya uji interaksi, kamu juga bisa mengandalkan uji selisih mutlak yakni mengetes moderasi dengan memanfaatkan model selisih yang terdapat pada variabel independen.
Terakhir adalah menggunakan uji residual yang berarti kamu harus menggunakan residu untuk mengetes standar deviasi dari sebuah model.
Titik utama yang harus diperhatikan adalah lack of fit atau unsur ketidaksamaan/ketidakcocockan yang muncul akibat hubungan variabel independennya secara searah.
Supaya lebih mudahnya, kamu bisa mengutak-atik melalui SPSS 16 atau juga SPSS terbaru.
Variabel Intervening dalam Penelitian
Hampir sebagian besar para ahli sepakat menyebut bahwa, Variabel Intervening adalah variabel yang sifatnya memengaruhi hubungan antara variabel bebas dengan terikat menjadi hubungan yang tidak langsung.
Adanya variabel yang mengintervensi ini, kedua hubungan baik independen dan dependen tidak dapat diukur atau pun diamati secara langsung & tidak langsung.
Ringkasnya, variabel Intervening adalah mediator ( yang menginterupsi antara) variabel independen dengan dependen, sehingga variabel bebas tidak memengaruhi kemunculan atau berubahnya variabel terikat secara langsung.
Jadi dengan adanya mediasi, maka bisa memperkuat, menajamkan, menyokong, bahkan bisa memperlemah dan menjatuhkan hubungan antar variabel tersebut.
Contoh Variabel Intervening
Menurunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia (Variabel terikat)
Dipengaruhi oleh tingginya angka penghindaran pajak dan lesunya UMKM dalam negeri (Variabel bebas)
Karena biaya operasional usaha sangat tinggi dan target laba para pengusaha cukup besar (Variabel intervening)
Bisa juga lebih mudahnya seperti ini:
Pendapatan yang tinggi memengaruhi kualitas hidup
Kualitas hidup memengaruhi gaya hidup
Nah, di sana ada variabel intervening yakni ‘kualitas hidup’.
Keberadaan variabel intervening (kualitas hidup) memengaruhi reaksi yang terjadi antara ‘pendapatan yang tinggi’ ke ‘gaya hidup’ sehingga keduanya bisa menjadi hubungan tak langsung akibat disela oleh ‘kualitas hidup ‘ tadi.
Baca juga: Ketahuilah Tujuan dan Manfaat Penelitian (Kualitatif dan Kuantitatif) Yang Belum Banyak Tersorot!
Variabel Independen atau Variabel Bebas
Variabel independen biasa disebut juga dengan nama variabel prediktor atau stimulus karena menjadi penyebab terbentuknya variabel dependen.
Variabel bebas ini biasanya dipilih oleh peneliti untuk menentukan seberapa besar pengaruhnya apbila melihat beragam faktor yang diuji, dimanipulasi, serta dipilih guna mencari besaran keterkaitan antara peristiwa yang terjadi dan sedang diamati.
Contoh Variabel Independen
Misalnya saja kita menentukan sebuah judul yang diambil dari suatu kejadian di sekitar tempat tinggal dan menarik untuk diteliti.
Hipotesisnya adalah terdapat pengaruh signifikan antara banyaknya kucing liar terhadap angka strerilisasi.
Jadi variabel independennya adalah “Banyak Kucing Liar”
Sedangkan variabel dependennya “Tingginya Angka Sterilisasi”
Bagaimana jika terdapat lebih dari satu variabel independen? Nah, untuk lebih jelasnya kita bisa menyimak contohnya sebagai berikut:
Contoh Penelitian dengan Variabel Independen Lebih dari Satu
Hipotesisnya adalah Terdapat hubungan antara Kenaikan Pajak, Laba yang Tinggi, dan Memaksimalkan Biaya Operasional Perusahaan terhadap Penghindaran Pajak
Maka variabel independennya adalah kenaikan pajak, laba yang tinggi, dan memaksimalkan biaya operasional
Sementara variabel dependennya yakni penghindaran pajak.
Mudah sekali bukan untuk menentukan variabel independen ini?
Variabel Dependen atau Variabel Terikat
Kalau kita sering menyebut variabel dependen sebagai variabel terikat, maka dalam sebuah penelitian juga dikenal dengan sebutan variabel output atau kriteria.
Hal ini dikarenakan variabel dependen menjadi sebuah kriteria serta faktor yang unsur-unsurnya justru bergantung pada variabel bebas atau variabel lain.
Singkatnya, variabel dependen adalah akibat yang ditimbulkan oleh keberadaan variabel independen sebagai sebab.
Contoh Variabel Dependen
Hipotesis: Terdapat Pengaruh Persepsi Masyarakat terhadap Tingkat Depresi Remaja
Dari hipotesis di atas, kita bisa menguraikan jenis kedua variabelnya seperti di bawah ini:
Variabel Independennya: Pengaruh Persepsi Masyarakat
Variabel Dependennya: Tingkat Depresi Remaja
Garis besarnya adalah depresi remaja mengalami peningkatan akibat beragam persepsi yang timbul dari masyarakat tempat ia tinggal.
Variabel Kontrol dalam Penelitian
Control variable atau variabel kontrol merupakan sebuah variabel yang sifatnya sebagai pengendali dan bisa kita atur, kendalikan, dan perhatahankan unsurnyaーsehingga, keberadaan variabel independen dan dependen tetap netral ketika ada faktor lain dari luar yang memang tidak diikutsertakan dalam penelitian.
Pada umumnya, variabel kontrol sering kali digunakan oleh para peneliti yang ingin membandingan sebuah fenomena atau peristiwa.
Agar lebih mudahnya, kita bisa melihat contoh berikut ini!
Saya ingin meneliti perbandingan antara keuntungan kuliah di Universitas Swasta dengan Perguruan Tinggi Negeri.
Maka untuk menentukan variabel kontrolnya, saya harus mencari faktor terkait yang bersentuhan langsung dengan keduanya seperti biaya kuliah, fasilitas perkuliahan, struktur pembelajaran, dan jam belajar.
Faktor-faktor tersebut berfungsi untuk mempermudah saya dalam menentukan tingkat perbedaannya dan fokus utama adalah keuntungan kuliah.
Menurut kelompoknya, variabel kontrol diklasifikasikan menjadi Variabel Pendahulu, Antara, Penekan, dan Pengganggu.
Jenis-Jenis Variabel Pendahulu (antecedent variabel)
Yakni merupakan variabel yang ditempatkan sebelum adanya variabel independen (bebas).
Jadi posisinya mendaului dan mempunyai keududukan lebih awal yang bisa memberikan pengaruh pada variabel bebas.
Apabila variabel pendahulu ini dihilangkan atau dieliminasi, maka hubungan antara variabel terikat dan bebas tetap sama alias tidak pernah ada perubahan.
Contoh Variabel Antara (variabel intervening)
Variabel Penekan (suppresor variabel)
Sebagai penekan dan dapat menimbulkan tekanan, variabel ini mampu memberikan pengaruh kuat yang bisa mengubah suatu hubungan pada variabel tertentu.
Mudahnya begini, pada mulanya antara variabel terikat dan bebas tidak memiliki hubungan atau bisa juga terdapat hubungan tetapi lemah.
Nah, setelah itu kita beri variabel penekan ini untuk memunculkan keterkaitan antar dua variabel tersebut.
Contoh:
Pengaruh antara balai desa dengan tingkat keaktifan senam ibu-ibu PKK.
Kalau kita amati, apa hubungan balai desa dengan keaktifan senam para ibu PKK? Kan tidak ada.
Maka dari itu, kita beri variabel penekan berupa ‘luasnya halaman dan fasilitas di balai desa’ sebagai sarana latihan meningkatkan keaktifan senam ibu-ibu PKK.
Halaman yang longgar untuk dipakai berolahraga disertai dengan fasilitas seperti toilet umum, tempat berteduh, dan pagar yang tinggi membuat para ibu PKK nyaman & rajin ketika melakukan aktivitas senam pagi.
Contoh Variabel Penganggu (distorter variable)
Hampir mirip dengan variabel penekan, fungsi keberadaan variabel penganggu ini lebih tajam.
Sebagai distorter atau pemutarbalikkan fakta, membuat variabel yang satu ini mampu mengubah hubungan positif antara variabel terikat dengan bebas menjadi hubungan negatif atau sebaliknya.
Sebagai contoh:
Ada hubungan yang kuat antara atribut keagamaan dengan radikalisme.
Namun ketika kita hadirkan distorter variable berupa ‘paham yang dianut dan lingkungan’, maka hubungan antara atribut keagamaan dengan radikalisme menjadi lemah.
Variabel Kontinum (Discrete and Continues)
Variabel Kontinum termasuk ke daam variabel kuantitatif bersamaan dengan variabel diskrit.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kontinum diartikan sebagai rangkaian, sehingga dalam ranah penelitian variabel ini berfungsi untuk menunjukkan gejala, keterkaitan, dan hubungan antara beberapa variabel dalam satu penelitian.
Persis dengan sebuah rangkaian yang termuat ke dalam satu masalah atau fenomena.
Menurut beberapa ahli, variabel kontinum sendiri masih dibagi ke dalam variabel mikro atau kecil seperti variabel ordinal, interval, dan rasio.
Variabel Ordinal
Adalah variabel yang lebih menitikberatkan pada tingkatan, urutan, bilangan, dan kumpulan yang disusun menurut sebuah jenjang dalam unsur permasalahan tertentu.
Nama lain penyebutan variabel ordinal adalah variabel ‘lebih kurang’ atau ‘kurang lebih’,
Misalnya saja, IPK tertinggi mahasiswa Akuntansi Kelas A Angkatan 2009.
Kita pilih dan urutkan dari yang terbaik hingga terendah.
Beberapa fenomena yang biasa diukur menggunakan variabel ordinal antara lain tingkat kekayaan, ranking, pendidikan, dan jumlah survey pada suatu kelompok.
Variabel Interval
Dari namanya saja kita sudah bisa mengetahui bahwa ‘interval’ berarti jarak.
Variabel ini menunjukkan adanya jarak, gap, dan selisih tetapi tidak ada angka mutlak (0).
Meskipun seperti itu, jarak yang dihasilkan dari pengolahan data bisa dikurangi atau ditambah sesuai dengan atribut yang dipilih.
Misalnya, Tes IQ Bagas menunjukkan hasil 121, sedangkan Tes IQ Umar menunjukkan hasil 119.
Namun skor ESQ Bagas 45, sementara Umar 50
Keduanya sama-sama dikenal sebagai murid yang cerdas dan aktif, tetapi untuk tes IQ, jarak Bagas lebih tinggi dengan selisih 2 poin dari Umar.
Sedangkan ESQ, Umar jauh lebih unggul dengan selisih 5 poin dari Bagas.
Variabel Rasio
Variabel rasio merupakan sebuah variabel yang bisa kita identifikasikan titik (0) mutlaknya, sehingga mampu menunjukkan adanya perbandingan antara variabel satu dengan yang lain.
Fungsi utama variabel ini adalah untuk menggolongkan, mengurutkan satuan, dan tentu saja mendefinisikan 0 mutlak sebagai bagian dari pengujian data.
Misalnya, jumlah penari grup A sebanyak 36 anggota dari berbagai kota.
Sedangkan, penari grup B berjumlah 72 peserta.
Dari situ kita bisa melihat bahwa jumlah anggota penari dari grup A dua kali lipat daripada grup B.
Perlu diingat bahwa variabel rasio ini mempunyai beberapa ciri yang ada pada variabel interval, tetapi yang membedakan keduanya adalah nol (0) mutlak.
Variabel rasio bisa mengukurnya melalui nol (0) mutlak, sedangkan variabel interval tidak bisa.
Biasanya penggunaan variabel rasio digunakan untuk mengukur tingkat/kadar/kandungan zat tertentu dalam obat-obatan, dosis, tinggi badan seseorang, dan masih banyak lagi.
Baca juga: Metode Penelitian Sejarah
Cara Menentukan Variabel Penelitian
Untuk menentukan variabel penelitian, maka ada beberapa langkah yang bisa memudahkanmu.
Simak ya caranya supaya dapat variabel paling tepat dan sesuai dengan tema penelitian!
Fokus ke Permasalahan
Sebelum meneliti sebuah peristiwa, tentunya kita sudah tahu kan apa yang hendak mau diuji atau dicari jawabannya? Kalau belum, sangat disarankan kamu mencari sebuah masalah di lingkungan, tempat tinggal sekitar, atau yang baru-baru viral maupun trending di dunia maya.
Jika sudah, fokus permasalahan atau masalah utama yang bakal kita teliti itu namanya ‘Y’.
Kedudukan Y di sini adalah sebagai variabel dependen.
Misalnya kamu mau meneliti “Pesatnya Penggunaan Transportasi Online”.
Maka (Y) adalah Pesatnya Penggunaan Transportasi Online.
Faktor Penyebab Masalah
Setelah masalah utama sudah ditemukan, maka kita perlu mencari tahu penyebab dari terjadinya hal tersebut.
Kira-kira, kenapa sih kok penggunaan transportasi online meningkat jauh dan berkembang pesat? Oh, ternyata karena tarifnya yang terjangkau dan efisiensi waktu.
Penyebab masalah itulah yang disebut dengan X.
Namun, kalau lebih dari satu, maka ada X1 dan X2.
Jadi, bisa kita bikin rinciannya menjadi; (X1 = Keterjangkauan Tarif, X2 = Efisiensi Waktu)/
Lalu, apa kata penghubung paling tepat untuk membuat Y, X1, dan X2 ini bisa tersinkronisasikan dengan baik? Yups, “Pengaruh” dan “Terhadap”,
Maka, nanti judul dari variabel penelitian ini adalah “Pengaruh Keterjangkauan Tarif dan Efisiensi Waktu Terhadap Pesatnya Penggunaan Transportasi Online”.
Mencari Teori yang Relevan
Setelah judul atau variabel penelitian sudah siap, maka langkah selanjutnya yang kita tentukan adalah mencari sejumlah teori relevan yang benar-benar menunjukkan tentang permasalahan tersebut.
Karena di sini membahas tentang pesatnya penggunaan transportasi online, maka teori yang perlu kamu cari adalah seputar dunia transportasi, perhubungan, angka kecelakaan lalu lintas, daftar harga atau perbandingan tarif transportasi, serta beberapa berita aktual & faktua dari sebuah kabar berita.
Untuk satu variabel biasanya, kamu harus menyiapkan setidaknya 6-10 teori yang memberikan pengertian dasar bahkan pengungkapan realita pada kasus-kasus sebelumnya.
Namun karena tema kita adalah ‘transportasi online’ yang begitu hype di tengah masyarakat sendiri, maka datanya adalah kualitatif.
Itu artinya, kamu harus lebih banyak mengorek informasi dari para narasumber (masyarakat) yang menggunakan transportasi online maupun driver-nya.
Kapabilitas Peneliti
Jika teori sudah ditentukan, maka kita harus memikirkan kembali.
Penelitian ini bisa dilanjutkan atau tidak nanti? Berapakah biaya yang dihabiskan untuk melakukan sesi tanya jawab atau wawancara? Di manakah lokasinya? Berapa lama akan melakukan penelitian?
Jadi kapabilitas peneliti ini berkaitan erat dengan kemampuan seorang peneliti yang hendak menguji atau mengukur suatu fenomena tertentu.
Bagaimana Jika Variabel Penelitian Berubah?
Ada kemungkinan lain bahwa variabel penelitian yang semual ditentukan bisa berubah akibat opini di tengah-tengah masyarakat jauh berbeda dengan perkiraan/hipotesis kita.
Jadi sifatnya berkembang sejalan dengan teori yang beredar di kalangan warga.
Nah, untuk menyiasati ini, kita perlu menyiapkan beberapa alternatif variabel yang memang lebih erat dengan pendapat masyarakat.
Namun, jangan sampai terlalu sering mengubah penelitian karena akan memusingkan dan membuat kita kesusahan sendiri.
Variabel nggak jadi-jadi, penelitian pun molor begitu lamanya.
So, harap lakukan riset online juga sebanyak-banyaknya mengenai apa yang hendak kita teliti agar bisa mendukung objek sasaran secara tepat.
Baca juga: Menyingkap Perbedaan Mendasar Antara Artikel dan Jurnal: Apa yang Harus Anda Ketahui
Itulah macam-macam variabel penelitian yang bisa kamu pelajari.
Sangat mudah dan pastinya bisa dirancang sesuai dengan tema kegiatan dan biaya yang kamu miliki.