Balaibahasajateng.web.id, Perbedaan Fonologi dan Fonetik adalah – Fonetik dan fonologi adalah dua disiplin ilmu yang sama-sama mengkaji bunyi bahasa. Walaupun demikian, ranah kajian kedua disiplin ini berbeda. Pembagian ranah kajian antara fonetik dan fonologi secara tegas bersumber dari pemikiran seorang linguis Swiss, Ferdinand de Saussure.
Melalui sumbangan pemikirannya yang diabadikan oleh para mahasiswanya dalam Cours de linguistique gēnērale (1916), ia telah meletakkan fondasi bagi kemajuan linguistik modern sehingga ia dijuluki Bapak Linguistik Modern.
Salah satu sumbangan yang paling berharga untuk linguistik modern adalah konsepsi mengenai langue (bahasa) dan parole (tuturan). Langue adalah pengetahuan bahasa yang dikuasai oleh para penutur suatu bahasa. Langue bersifat abstrak, sistematik, dan merupakan konvensi di antara para penutur bahasa tersebut, sedangkan parole kebalikan dari sifat langue, yaitu gejala bahasa yang bersifat konkret dan bersifat individual.
Langue adalah kaidah bahasa yang menguasai parole, sedangkan parole adalah ekspresi-ekspresi bahasa yang diatur oleh langue. Walaupun batas antara langue dan perole sangatlah jelas, ternyata keduanya berkaitan erat, saling bergantung, dan tak terpisahkan. Kita boleh mengatakan salah satu ada karena yang lainnya ada.
Baca juga: Vitalitas Etnolinguistik Adalah
Pengertian Fonologi dan Fonetik
Istilah fonologi berasal dari bahasa yunani yaitu phone yang artinya bunyi dan logos yang artinya kata atau ilmu atau bisa disebut bunyi.
Maka Fonologi adalah salah satu ilmu bidang linguistik yang mempelajari, membicarakan dan menganalisis secara urut bunyi bahasa.
Sedangkan Fonetik sendiri adalah bagian dari Fonologi. Jika diartikan fonetik adalah ilmu yang membahas, mempelajari dan menganalisis bunyi bahasa tanpa memperdulikan apakan bahasa tersebut punya fungsi dan makna atau tidak.
Fonetik cenderung lebih kepada posisi mulut kita mengucapkan bunyi hingga bisa ketelinga pendengar.
Hubungan antara fonologi dan fonetik dapat ibaratkan seperti hubungan antara langue dan parole. Kajian bunyi bahasa pada tataran langue diwakili oleh fonologi, sedangkan kajian bunyi bahasa pada tataran parole diwakili oleh fonetik. Trubetzkoy (1959) mengatakan,”Phonetics is the study of the sounds of parole” dan “Phonology is the study of the sounds of langue.” Karena kajian fonetik berada pada tataran bunyi bahasa yang konkret (parole), maka kajian fonetik lazimnya menjelaskan bunyi pada dimensi artikulasi, akustik, dan persepsi.
Kajian fonetik tidak berada pada tataran kaidah bahasa sehingga fonetik dipandang sebagai kajian bahasa ekstragramatikal. Fonetik tidak mendekripsikan bunyi sebagai satuan yang membawa perbedaan makna atau fungsi. Ilmu fonetik berada pada tataran etik, yaitu tataran di luar sistem bahasa tertentu. Oleh sebab itu, fonetik sering dianggap ilmu yang bersifat inklusif.
Di pihak lain, berbeda dengan fonetik, fonologi mendeskripsikan bunyi sebagai suatu sistem bahasa yang abstrak (langue), yaitu kaidah bunyi dalam pengetahuan penuturnya. Karena fonologi mengkaji bunyi bahasa yang berkaitan dengan kaidah bahasa maka kajian fonologi dipandang sebagai bagian gramatika bahasa. Bunyi dideskripsikan sebagai satuan yang membawa perbedaan makna atau fungsi. Tempatnya ilmu fonologi berada pada tataran emik, yaitu tataran dalam sistem bahasa tertentu sehingga ada yang mengatakan bahwa fonologi cenderung eksklusif.
Baca juga: Perbedaan Sarana dan Prasarana
Perbedaan Fonetik dan Fonologi
Trubetzkoy (Rahyono, 2003: 46) menjelaskan bahwa fonetik merupakan studi bunyi bahasa yang berkenaan dengan peristiwa tutur, murni fenomenalistik terhadap bunyi bahasa tanpa mempertimbangkan fungsi, sedangkan fonologi merupakan studi bunyi bahasa yang berkenaan dengan sistem bahasa, serta merupakan studi fungsi linguistis bahasa.
Titik tolak fonetik adalah konkret, yakni bahasa manusia. Fonetik meneliti produksi, pengaruh langsung, dan persepsi bahasa. Sistem bahasa yang merupakan cakupan studi fonologi, tidak diproduksi dan tidak dipersepsi, Sistem bahasa telah hadir dan tersedia sebagai kerangka acuan baik bagi pembicara maupun pendengar.
Sebagian pakar mengatakan bahwa karena kajian fonetik adalah kajian bunyi bahasa pada tataran permukaan maka fonetik disebut juga lower level phonology. Di pihak lain, kajian fonologi dianggap berada pada tataran yang lebih tinggi, yaitu pada tataran representasi mental bunyi sehingga disiplin ini kadang-kadang disebut higher level phonology. Sebagian lagi mengistilahkan home based fonologi adalah otak, sedangkan home based fonetik di luar otak (Hayward, 2000:9)
Para linguis mengenal dua jenis transkripsi bunyi, yaitu transkripsi fonetis dan transkripsi fonemis. Perbedaan bunyi dalam fonetik biasanya dideskripsikan menggunakan transkripsi fonetis yang biasa disebut IPA (International Phonetical Alphabet). Dalam transkripsi fonetik, satu simbol digunakan untuk satu bunyi tanpa dibatasi konteks bahasa tertentu. Simbol bunyi yang digunakan dalam fonetik adalah [ ].
Di pihak lain, fonologi mendeskripsikan bunyi bahasa pada tataran fonem. Oleh sebab itu, perbedaan bunyi dalam fonologi ditraskripsikan dengan traskripsi fonemis. Dalam transkripsi fonemis, satu simbol untuk mereprsentasikan satu bunyi dalam konteks bahasa tertentu. Simbolnya bunyi yang digunakan adalah / /.
Perbedaan ranah kajian antara fonetik dan fonologi dapat dilihat dari ilustrasi berikut. Jika seseorang mengkaji bagaimana posisi lidah, rahang, dan bibir ketika memproduksi vokal [i] dan bagaimana wujud akustik bunyi tersebut, misalnya seberapa tinggi frekuensi fundamental bunyi tersebut dibandingkan vokal-vokal lainnya maka ia sedang mengkaji bunyi bahasa pada tataran fonetik. Namun, jika ia mengkaji di mana saja vokal /i/ berposisi dalam kata atau dalam suku kata dalam suatu bahasa tertentu, misalnya bahasa Indonesia, maka ia mengkaji bunyi bahasa pada tataran fonologi.
Dalam kajian prosodi, jika kita ingin mengetahui seberapa tinggi alir nada naik dan seberapa panjang durasi alir nada itu yang diperlukan untuk memicu respon kalimat interogatif maka kita sedang mengkaji bunyi bahasa pada dimensi fonetik. Namun, jika kita mendeskripsikan bahwa alir nada naik di akhir kalimat membawa makna keinterogatifan maka kita sedang mendeskripsikan bahasa pada tataran fonologi.
Ohala(1990: 153-171) menganalogikan fonetik dengan piranti keras (hardware) pada komputer, sedangkan fonologi diibaratkan program-program (software) yang dipasangkan dalam komputer tersebut. Nikolai Trubetzkoy menganalogikan fonetik dan fonologi seperti ekonomi dan pengumpulan uang. Kita dapat mengibaratkannya seperti lukisan dengan sketsanya, bangunan dengan arsitekturnya, baju dengan desainnya, dan cerita dengan alur ceritanya.
Baca juga: Contoh Kalimat Ambigu
Kesimpulan
Perbedaan keduanya sangat jelas walaupun ranah fonetik bagian dari fonologi. Pada Fonetik mempelajari bagaimana bentuk rahang, lidah, bibir bisa mengucapkan vokal, wujudnya dan frekensinya.
Sedangkan pada Ilmu Fonologi kajiannya pada posisi vokal pada suatu kata. Misalkan vokal i pada bahasa Indonesia.
Nah itulah pengertian, perbedaan Fonetik dan fonologi. Jika bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan silahkan untuk bisa membagikan melalui tombol bagi. Atau ada kritik dan saran untuk menambahi dan membenarkan pada artikel ini, silahkan pada kolom komentar dibawah ini.