Balaibahasajateng.web.id, Apa itu DDT dan Dampaknya Bagi Pertanian? – Jika orang awam istilah DDT akan terasa sangat asing. Namun bagi sebagian orang yang berprofesi sebagai petani akan sangat paham apa itu DDT.
Pada artikel ini akan membahas tentang sejarah penggunaan DDT, dampak negatifnya, dan perdebatan tentang penggunaan DDT saat ini.
Sejarah Penggunaan DDT
Zat kimia yang sangat kontroversial dalam sejarah perlindungan lingkungan dan kesehatan manusia. Pertama kali ditemukan pada tahun 1939, DDT awalnya dianggap sebagai solusi bagi masalah hama dan nyamuk. Namun, setelah digunakan secara luas selama beberapa dekade, dampak negatif DDT pada lingkungan dan kesehatan manusia menjadi jelas.
Kini, penggunaan DDT sangat dibatasi oleh beberapa negara, tetapi masih digunakan di beberapa bagian dunia untuk melawan hama dan penyakit menular.
Pada serangga memang beberapa jenis akan mati, namun ada beberapa serangga yang mampu bertahan pada zat DDT ini yang akan menyebabkan mutasi gen dimana serangga ini menjadi tahan terhadap DDT.
Dari hasil uji coba yang pernah dilakukan, DDT merupakan racun insektisida yang cukup ampuh. Ini terlihat dari hasil sampel penelitian menggunakan tikus yang sudah diberikan zat DDT sebesar 113 mg/kg yang mana tikus tersebut mati secara spontan karena zat DDT langsung menyerang dan membakar organ dalam tubuh tikus tersebut.
Baca juga: Contoh Simbiosis Komensalisme Beserta Penjelasan
Apa itu DDT?
DDT adalah singkatan dari Dichlorodiphenyltrichloroethane, yang merupakan zat kimia yang digunakan sebagai pestisida. DDT sangat efektif dalam mengendalikan hama dan nyamuk, tetapi juga memiliki efek buruk pada lingkungan dan kesehatan manusia. Penggunaan DDT telah dibatasi oleh beberapa negara karena dampak negatifnya.
Dichloro Diphenyl Trichloroethane merupakan penemuan insektisida paling ampuh pada masanya. Namun pada kenyataan memiliki dampak negatif sehingga dijuluki sebagai “The Most Famous and Infamous Insecticide”.
Dampak Negatif Pengunaan DDT
Penggunaan DDT memiliki berbagai dampak negatif pada lingkungan dan kesehatan manusia. Beberapa dampak negatif penggunaan DDT meliputi:
- Dampak pada lingkungan: DDT adalah zat yang sangat tahan terhadap degradasi dan dapat mengendap dalam lingkungan selama bertahun-tahun. Ini menyebabkan keracunan lingkungan dan kerusakan habitat bagi berbagai spesies, termasuk burung dan ikan.
- Efek pada kesehatan manusia: DDT dapat memiliki efek buruk pada kesehatan manusia melalui paparan secara langsung atau melalui makan produk pertanian yang tercemar. Efek-efek ini meliputi gangguan sistem saraf, keracunan, dan masalah kesehatan reproduksi.
- Dampak pada populasi burung: DDT dapat mempengaruhi populasi burung dengan menurunkan kemampuan mereka untuk mengerami telur dan membesarkan anak mereka.
- Resistensi hama: Penggunaan DDT secara berlebihan dapat menyebabkan hama menjadi resisten terhadap pestisida, sehingga memerlukan penggunaan jumlah yang lebih besar dan lebih sering dari pestisida lain untuk mengendalikan hama tersebut.
- Dampak pada lingkungan air: DDT dan produk turunnya dapat mengendap dalam air dan menyebar ke ekosistem air, mempengaruhi spesies air dan membahayakan makanan yang berasal dari air.
- Dampak pada kesehatan reproduksi: DDT dapat menyebabkan masalah kesehatan reproduksi pada wanita, termasuk keguguran dan gangguan pada siklus menstruasi.
- Dampak pada sistem hormon: DDT dapat mempengaruhi sistem hormon manusia dan hewan, mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan.
- Dampak pada kesehatan jangka panjang: Penelitian menunjukkan bahwa paparan jangka panjang terhadap DDT dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang, seperti kanker dan masalah sistem saraf.
- Dampak pada ekosistem: DDT dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem dengan mengganggu makanan dan membunuh spesies penting.
- Dampak pada masyarakat: DDT dapat mempengaruhi masyarakat yang tinggal di dekat lokasi penggunaan, termasuk keracunan dan masalah kesehatan.
Sebenarnya, bukan saja DDT yang memiliki daya racun serta persistensi yang demikian lamanya dapat bertahan di lingkungan hidup. Racun-racun POP lainnya yang juga perlu diwaspadai karena mungkin saja terdapat di tanah, udara maupun perairan di sekitar kita adalah aldrin, chlordane, dieldrin, endrin, heptachlor, mirex, toxaphene, hexachlorobenzene, PCB (polychlorinated biphenyls), dioxins dan furans.
Sebagai kesimpulan, penggunaan DDT memiliki berbagai dampak negatif pada lingkungan dan kesehatan manusia, sehingga sangat penting untuk membatasi atau menghindari penggunaannya.
Selanjutnya untuk memahami dampak pestisida yang lebih lengkapnya bisa dibaca pada “Dampak Penggunaan Pestisida Kimia yang Berlebihan”.
Baca juga: Ruang Lingkup Biologi
Penutup
Nah, Pada akhirnya DDT merupakan pestisida yang sangat berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Penggunaannya dapat menyebabkan keracunan lingkungan, kerusakan habitat bagi spesies, dan masalah kesehatan yang serius, seperti kanker dan gangguan sistem saraf.
Penting bagi pemerintah, masyarakat, dan industri untuk mengurangi atau menghindari penggunaan DDT dan beralih ke metode alternatif yang lebih ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan manusia. Ini akan membantu melindungi lingkungan dan masyarakat dari dampak negatif dari pestisida berbahaya seperti DDT.
Semoga artikel tentang DDT ini bisa menjadi informasi yang tepat bagi anda untuk menggunakan insektisida pada tanaman. Jika ada kekurangan dalam penyampaian informasi mohon dimaafkan.