Balaibahasajateng.web.id, Menggali Asal-Usul 10 Tarian Lampung: Sejarah dan Perkembangan yang Menarik – Kesenian tradisi merupakan produk budaya bernilai tinggi, sehingga kesenian yang baik dapat menjadi penentu keberlangsungan nilai kebudayaan yang ada di masyarakatnya. Lampung merupakan salah satu daerah yang memiliki kesenian yang sangat beragam.
Selain seni sastra yang senantiasa bertumbuh, musik klasik Lampung yang tetap bertahan, Provinsi Lampung juga kaya akan tari-tarian. Sebagian merupakan tari hiburan, ada yang berfungsi sebagai tari penyambutan. Sementara itu, ada juga sebagian tari yang kental dengan nuansa sakral.
Tarian daerah Lampung sangat banyak jumlahnya dan kebanyakan penarinya adalah Meghanai (bujang) dan Mulei (gadis). Dalam artikel ini telah tersaji daftar tarian Lampung. Tidak mencakup semuanya, setidaknya terdapat 9 nama tarian dari Lampung lengkap dengan gambar dan penjelasan singkatnya.
Tari Cangget
Tari Cangget merupakan tarian adat Lampung dari masyarakat adat Lampung Pepadun, salah satu dari dua kelompok adat besar dalam masyarakat Lampung. Sebelum Jepang ke Indonesia, tarian ini biasa tampil dalam acara gawi adat, misalnya saat panen raya, mendirikan rumah, mengantar seseorang yang pergi naik haji dan lain-lain.
Sesuai fungsinya, ada beberapa tarian Cangget di Lampung: Cangget Nyamuk Temui (penyambut tamu agung), Cangget Bakha (tarian saat bulan purnama/selesai panen), Cangget Penganggik (saat menerima anggota baru), Cangget Pilangan (saat melepas keluarga yang menikah), Cangget Agung (saat upacara pengangkatan Kepala Adat Pepadun).
Perbedaan setiap tari hanya pada fungsinya saja. Ggerakan-gerakan tari relatif sama dan semua jenis tari Cangget penarinya adalah pemuda dan pemudi. Umumnya gerak tari terdiri dari Gerak Sembah, Gerak Knuimelayang, Gerak Igel, Gerak Ngetir, Gerak Rebah Pohon, gerak Jajak/Pincak, serta Gerak Knuitabang.
Tari Bedana
Tarian Daerah Lampung selanjutnya adalah Tari Bedana yang diyakini berkembang dari ajaran agama Islam. Selain itu, tarian tradisional ini turut menggambarkan kehidupan dan budaya masyarakat Lampung yang terkenal ramah dan cenderung terbuka.
Tarian Bedana hidup dalam budaya dalam masyarakat adat Lampung Pepadun dan masyarakat adat Lampung Saibatin, namun masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Tarian ini penarinya adalah pemuda-pemudi dalam acara tertentu sebagai hiburan untuk mengungkapkan rasa gembira.
Dahulu, Tari Bedana biasa tampil saat ada salah seorang anggota yang khatam Al-Quran. Sebagai pengiring, digunakan alat musik tradisional seperti gitar gambus, marwis, dan kerenceng. Selain musik, juga ada iringan lagu bertema gembira yang mengalun seirama petikan gambus lunik.
Baca lengkapnya: Tari Bedana: Sejarah, Asal, Gerakan dan Iringan Musik
Tari Melinting
Sesuai namanya, Tari Melinting merupakan tarian khas Lampung dari Melinting, sebuah kecamatan di Kabupaten Lampung Timur. Tari ini menggambarkan keagungan Keratuan Melinting yang awalnya berfungsi sebagai pelengkap pada acara Gawi Adat; yaitu acara Keagungan Keratuan Melinting.
Pementasan tari biasanya diadakan di balai adat. Karena Gawi Adat merupakan tarian keluarga ratu, penarinya juga terbatas dan tertentu saja seperti putera dan putri Keratuan Melinting. Tarian ini berubah menjadi tarian rakyat mulai tahun 1958 sengan fungsi sebagai tari penyambutan.
Sebagai tari kerakyatan, penarinya pun tidak lagi terbatas seperti syarat jumlah penari pada masa lalunya. Biasanya tari ini melibatkan 8 penari, 4 wanita dan 4 pria. Mereka menari mengenakan baju adat Lampung, pria berkopiah emas, wanitanya mengenakan siger sebagai hiasan kepala dan kipas.
Baca selengkapnya: Tari Melinting berasal dari
Tari Nyambai
Nyambai merupakan tradisi pertemuan Meghanai (bujang) dan Muli (gadis) untuk berkenalan, bersilaturahmi. Dalam tradisi tersebut mereka saling unjuk kemampuan dalam menari, maka lahirlah Tari Nyambai. Tari yang kemudian menjadi media untuk mencari jodoh antara Muli dan Meghanai.
Meski tidak ada yang tahu secara pasti awal kelahirannya, namun terdapat perkiraan bahwa Tari Nyambai sudah sering tampil sebelum Indonesia merdeka. Tari ini tergolong jenis tarian klasik yang sering kali menjadi hiburan bagi kalangan bangsawan di Lamban Gedung (rumah Ketua Adat).
Dalam penyajiannya, terdapat tiga ragam gerak Tari Nyambai, yakni kekindai, ngesesayak, dan mampang kapas. Ketiga ragam gerak tersebut dilakukan oleh Muli dan Meghanai secara berulang-ulang. Sebagai pengiringnya, ada dua alat musik tradisional, yakni Rebana dan Kulintang.
Bedayo Tulang Bawang
Bedayo Tulang Bawang merupakan tarian tradisional Lampung yang sakral yang diperkirakan telah ada sejak abad ke-14. Istilah Bedayo merupakan pengucapan orang Menggala untuk menyebut budaya, sementara Tulang Bawang menunjuk pada nama daerah, yakni Kabupaten Tulang Bawang.
Dulu tari ini menjadi sarana pemujaan kepada para dewa. Setelah dibangkitkan kembali untuk dijadikan identitas budaya Tulang Bawang, kesenian ini lebih berfungsi sebagai tarian selamat datang. Tarian ini pernah ikut memeriahkan acara HUT Kabupaten Tulang Bawang IX pada 8 Maret 2006.
Penari Bedayo Tulang Bawang adalah 12 penari putri yang menari dengan gerak dan busana yang sama. Tiga di antaranya membawa sesaji dan berada paling depan, sedangkan yang lain berada di belakang. Ada juga seorang putra pembawa payung. Musik klenongan tabuh Rajo Menggalo adalah pengiringnya.
Tari Sigeh Pengunten
Sigeh Pengunten merupakan tarian kreasi sebagai pengembangan dari Tari Sembah yang merupakan tari tradisi asli Lampung. Tarian inilah yang menjadi tarian resmi untuk menyambut tamu-tamu penting. Koreografinya mengambil berbagai unsur tarian tradisional Lampung sehingga merepresantasikan keragaman.
Tarian Sigeh Pengunten lahir sebagai solusi dari realitas budaya Lampung yang sebelumnya terdikotomi menjadi Pepadung dan Peminggir. Kedua masyarakat adat ini memiliki keunikan tersendiri dan sama-sama merasa paling mewakili budaya Lampung. Melalui tarian inilah citarasa budaya dua masyarakat adat itu harmoni dalam kesatuan.
Sebelumnya, Tari Sembah telah terkenal sebagai tarian yang menjadi bagian dari ritual penyambutan tamu di Lampung. Sebuah ekspresi kegembiraan sebagai bentuk penghormatan pada tamu undangan yang telah berkenan hadir. Sigeh Pengunten tetap mengusung unsur asli Tari Sembah, salah satunya adalah aksesoris berupa siger.
Drama Tari Tupping
Seperti halnya di daerah-daerah lain di Indonesia, seni topeng juga bisakita temukan di Provinsi Lampung. Tupping namanya. Untuk saat ini, kesenian topeng di Lampung lebih dirupakan dalam bentuk drama tari kepahlawanan dan dipertunjukkan untuk berbagai acara, termasuk pernikahan adat Lampung.
Drama tari Tupping biasanya mengangkat kisah kegigihan pasukan Radin Inten I (1751-1828), Radin Imba II (1828-1834), dan Radin Inten II (1834-1856) dalam melawan penjajah Belanda. Tokoh-tokoh tersebutlah yang selama ini terkenal sebagai pahlawan kebanggaan masyarakat Lampung.
Kesenian Tupping tumbuh dan berkembang dari daerah Kalianda di Lampung Selatan. Tupping merupakan topeng kayu yang mewakili berbagai ekspresi wajah dan karakter tokoh yang berbeda-beda. Ada yang mewakili karakter kesatria, tetua bijaksana, putri yang lemah gemulai, dan lain sebagainya.
Tari Hali Bambang
Tari Hali Bambang merupakan tarian khas Lampung yang merupakan warisan nenek moyang suku Lampung Sekala Brak. Di daerah Liwa, ada yang memperkirakan tari ini telah ada sejak abad ke VI yakni pada masa keadatan Lampung Sekala Brak.
“Hali” berarti seperti dan Bambang berarti kupu-kupu. Jadi, bisa kita simpulkan bahwa Halibambang merupakan tarian yang menggambarkan kupu-kupu yang sedang beterbangan, mengibas-ibaskan sayap di alam bebas atau berayun-ayun di bunga-bunga.
Hali Bambang merupakan salah satu contoh tarian adat Lampung yang dulunya hanya hadir di lingkungan keluarga Sekala Brak. Seiring perkembangan, tarian ini boleh pentas di tempat terbuka sebagai tari hiburan atau tari penyambutan.
Tari Piring Dua Belas
Tari Piring Dua Belas merupakan tarian tradisional Lampung yang berkaitan dengan gawi adat masyarakat Lampung yang beradat Saibatin. Berasal dari Sekala Bekhak, kecamatan Belalau, Lampung Barat. Tari ini terlahir seiring sejarah Kerajaan Beniting yang berubah menjadi Kerajaan Semaka.
Tarian piring dalam hal ini dikenal ada empat macam. Ada Tari Piring Biasa, penarinya bujang gadis. Ada Tari Piring Buha dengan penari bujang. Tari Piring Maju Ngekkes dengan penari gadis, serta Tari Piring Dua Belas dengan penari bujang gadis (mulei mekhanai).
Tarian Piring 12 diperkirakan telah ada sebelum agama Islam masuk ke Indonesia. Perihal penamaannya, disebut piring 12 karena paksi marga Benawang mempunyai 12 bandar. Dari setiap bandar mempunyai ulubalang – ulubalang dan setiap ulubalang pasti mempunyai pasukan perang.
Baca juga: Inilah 10 Tarian Jawa Tengah yang Wajib Kamu Tonton Sekarang Juga!
Dari artikel ini, dapat disimpulkan bahwa Tarian Lampung memiliki sejarah dan perkembangan yang sangat menarik. Dari ragam gerakan yang di dalamnya terkandung simbolisme dan makna, hingga adanya cerita mistis yang terkait dengan beberapa jenis tarian. Tarian tradisional Lampung juga berhasil melestarikan kebudayaan lokal dan menjadi bagian penting dari identitas masyarakat Lampung.
Meskipun demikian, tarian Lampung juga mengalami inovasi dan pengembangan mengikuti zaman, sehingga tetap relevan dan terus dipertahankan keberadaannya.
Semoga artikel ini dapat memberikan wawasan baru tentang kesenian Tarian Lampung dan memperkuat kecintaan kita pada budaya Indonesia yang kaya dan beragam.