Balaibahasajateng, Biografi Sultan Hasanuddin, Sultan dari Kesultanan Gowa – Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana atau biasa dikenal dengan sebutan Sultan Hasanuddin ini lahir di Makassar, kerajaan Gowa (sekarang merupakan bagian dari provinsi Sulawesi Selatan) pada tanggal 12 Januari 1631.
Sultan Hasanuddin lahir dengan nama I Mallombasi Muhammad Bakir Daeng Mattawang Karaeng Bonto Mangepe. Sultan Hasanuddin merupakan pangeran ke dua dari raja ke lima belas kerajaan Gowa (anak dari Sultan Malikussaid).
Biodata Sultan Hasanuddin
Nama Lengkap | Sultan Hasanuddin |
---|---|
Tanggal Lahir | 12 Januari 1631 |
Tempat Lahir | Kerajaan Gowa, Sulawesi Selatan |
Agama | Islam |
Ayah | Sultan Mandarangin |
Ibu | Putri Anging Salasa |
Pasangan | Sultanah Inreng Rappang |
Anak | Sultan Abdullah Muhammad Jayadiningrat, Sultan Alauddin Mangngngi Sirajuddin, dan beberapa anak lainnya |
Pemerintahan | Sultan Gowa ke-16 (1653-1669, 1671-1675, 1680-1693) |
Kepemimpinan Militer | Pemimpin perlawanan rakyat Sulawesi Selatan melawan VOC dalam Perang Makassar (1666-1669) |
Prestasi Militer | Mampu mempertahankan wilayah Sulawesi Selatan dari serangan VOC selama tiga tahun |
Meninggal | 12 Juni 1670 |
Sultan Hasanuddin merupakan raja ke enam belas dari kesultanan atau kerajaan Gowa. Sultan Hasanuddin menjadi sultan sejak tahun 1653 masehi hingga tahun 1669 masehi. Sultan Hasanuddin juga merupakan salah satu pahlawan nasional Indonesia.
Gelar pahlawan nasional Indonesia ini diberikan pada tanggal 6 November 1973. Perubahan kepercayaan ke islam membuat Sultan Hasanuddin mengubah namanya menjadi Sultan Hasanuddin Tumenanga Ri Balla Pangkana.
Setelah Sultan Hasanuddin naik tahta menjadi sultan di kerajaan Gowa, Sultan Hasanuddin dihadapkan dengan sebuah situasi yang bergolak dimana Belanda mengkolonisasikan nusantara. Selama masa jabatannya, kerajaan Gowa merupakan satu-satunya kerajaan besar di timur Indonesia yang belum dikolonisasi oleh kolonial Belanda.
Baca juga: Biografi Tuanku Imam Bonjol
Perlawanan terhadap VOC
Di tahun 1666, di bawah kepemimpinan kapten Cornelis Speelman, Verenlgde Oostindische Compagnie (VOC) atau United Eastindies Company mencoba menangkap satu-satu dan setiap kerajaan di Indonesia bagian timur untuk memonopoli perdagangan cabai meskipun tidak mampu untuk mengkolonisasi kerajaan Gowa.
Untuk menahan perbuatan pelanggaran batas Kolonial Belanda, Sultan Hasanuddin mencoba untuk mengumpulkan setiap kekuatan militer kerajaan Gowa untuk menyerang VOC (Verenlgde Oostindische Compagnie) secara kolektif. Perang – perang di antara colonial Belanda dan Negara berlanjut dan semakin memburuk sampai pada colonial Belanda meningkatkan kekuatan militernya.
Akhirnya penyerangan terjadi, tetapi bukan tanpa beberapa perlawanan dan kekalahan-kekalahan ditunjukkan oleh sultan dari kerajaan Gowa, Sultan Hasanuddin dan pasukan militernya oleh serangan serangan colonial belanda. Kerajaan Gowa tidak memiliki pilihan lain saat itu tetapi untuk menyetujui untuk berdamai dengan Belanda dengan persyaratan dari perjanjian Bugaya.
Kerajaan Gowa melakukan tanda tangan dalam perjanjian Bugaya tersebut, kerajaan Gowa merasa bahwa perjanjian tersebut tidak lah adil dan bahwa mereka merasa tidak menguntungkan atau merugian bagi kerajaan Gowa dengan beberapa persyaratan dalam perjanjian tersebut.
Sebagai hasil nya, Sultan Hasanuddin dan kerajaan Gowanya untuk berlanjut menyerang colonial Belanda. Akhirnya, colonial Belanda meminta bantuan pasukan militer dari Batavia (saat ini Jakarta), dengan ini hasilnya terjadilah sebuah perang yang sangat intens dan berdarah antara colonial Belanda dan Sultan Hasanuddin dengan kerajaan Gowa nya.
Perang terus berlanjut sampai VOC (Verenlgde Oostindische Compagnie) berhasil menguasai atau menjatuhkan kerajaan Gowa dan sultan Hasanuddin yang bertahan cukup lama, benteng pertahanan Sombaupu pada tanggal 12 Juni 1669. Sultan Hasanuddin mundur dan turun tahta dari posisi sultan di kerajaan Gowa.
Kemudian setahun setelahnya pada tanggal 12 Juni 1670 sultan Hasanuddin meninggal ketika usianya masih sangat muda yaitu 38 tahun dan jasad sultan Hasanuddin dimakamkan di Katangka, Makassar, Sulawesi Selatan.
Baca juga: Biografi Pangeran Diponegoro Sang Satria Piningit Perang Jawa
Penutup
Sultan Hasanuddin merupakan salah satu tokoh besar dalam sejarah Indonesia, terutama di wilayah Sulawesi Selatan. Dia dikenal sebagai seorang pemimpin yang tangguh dan berani dalam menghadapi penjajahan Belanda pada masa itu.
Salah satu peristiwa penting yang dikenal dari keberaniannya adalah ketika dia memimpin perlawanan rakyat Sulawesi Selatan melawan VOC dalam Perang Makassar. Meskipun terjadi beberapa kali pergantian kepemimpinan, Sultan Hasanuddin tetap memimpin Gowa selama beberapa periode dan meninggalkan warisan sejarah yang sangat berharga bagi masyarakat Sulawesi Selatan.
Melalui pengorbanan dan kepemimpinannya, dia berhasil mempertahankan wilayah Sulawesi Selatan dari serangan Belanda selama tiga tahun. Dalam sejarah Indonesia, Sultan Hasanuddin dianggap sebagai salah satu tokoh pejuang yang patut dihormati dan dijadikan sebagai inspirasi bagi generasi selanjutnya.