Balaibahasajateng, Permainan Congklak: Sejarah dan Cara bermain dengan benar – Permainan ini identik dengan suasana pedesaan yang masih kental dengan nuansa tradisional. Ya. Congklak adalah salah satu permainan tradisional Indonesia yang hingga kini masih mendapatkan tempat di hati masyarakatnya. Permainan ini sungguh mengasyikkan, menjadi sahabat bagi siapa pun yang ingin bermain dengan santai dan seru.
Jika masa kecil kamu dihabiskan di daerah, permainan ini pasti lah bukan lagi sesuatu yang asing. Memainkannya bisa jadi setiap sore kamu lakukan bersama teman-teman. Duduk bersantai di teras rumah lalu bermain mengadu keberuntungan dalam permainan ini sungguh sangat mengasyikkan.
Meskipun tergolong sebagai permainan tradisional, permainan ini ternyata juga banyak dimainkan oleh mereka yang berada di kota-kota besar. Secara keseluruhan, semua masyarakat Indonesia menyukai permainan ini. Baik laki-laki maupun perempuan, tua atau muda, semua menyukai permainan dengan beberapa cekungan pada papan permainannya ini.
Permainan ini memudahkan siapapun untuk bermain. Tak heran jika kemudian banyak orang memainkannya saat bosan. Taktik memang diperlukan, tapi tidak menjadi modal utama. Yang penting, kamu bermain dengan sportif.
Ya. Permainan apapun itu, memang menuntut kamu untuk menjadi seorang yang sportif. Berlaku curang sama sekali bukan hal bagus untuk jalannya sebuah permainan. Bahkan di permainan-permainan tertentu, curang akan sangat merugikan salah satu pihak yang berujung pada sesuatu hal yang cukup serius. Misalnya, dalam permainan sekaligus olahraga, sepak bola.
Meskipun mendapat penilaian yang sederhana, permainan ini benar-benar cocok untuk melatih keberanian kamu menjadi seseorang yang sportif. Belajar dari hal yang kecil untuk kemudian diaplikasikan pada sesuatu yang lebih besar. Dengan begitu, kamu siap menjadi seorang pemain.
Permainan ini menjadi salah satu pilihan masyarakat Indonesia untuk melepas penat. Benar-benar sederhana dan mudah untuk dimainkan. Permainan ini juga bukan hanya milik satu budaya daerah yang ada di Indonesia. Tapi juga hampir seluruh budaya daerah memiliki permainan ini.
Di daerah Jawa, masyarakatnya mengenal permainan ini dengan nama congklak, atau dakon, atau dakonan (diucapkan sebagai dhakon, dhakonan). Budaya melayu yang ada di Sumatera juga mengenal permainan ini. Tentu saja dengan nama yang berbeda. Di Sumatra, permainan ini dikenal dengan nama congkak.
Masih di wilayah Sumatera, di Lampung, kamu akan mendapati nama lain untuk permainan ini. Masyarakat Lampung dan sekitarnya menyebutnya dengan nama dentuman lamban. Setelah terkenal di Jawa dan Sumatra, permainan ini juga terkenal di Sulawesi. Masyarakat Sulawesi mengenalnya dengan sebutan yang bermacam-macam. Ada yang menyebutnya Mokaotan, Aggalacang, Maggaleceng atau Nogarata.
Keanekaragaman nama dari permainan ini tetap merujuk pada satu jenis permainan yang sama, yakni sebuah permainan dengan papan yang memiliki 16 cekungan. Dengan keunikan yang ada padanya, permainan ini semakin memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Indonesia.
Sejarah Permainan Congklak
Jika berbicara tentang sejarah congklak, dapat dipastikan bahwa permainan ini juga memiliki cerita sejarah yang sama dengan berbagai permainan Indonesia lainnya. Permainan ini juga mendapatkan berbagai pengaruh dari negara yang pernah singgah di Indonesia. Hal tersebut menjadi akibat dari berakulturasi nya atau berintegrasinya sebuah budaya baru dengan budaya Indonesia.
Berdasarkan cerita sejarahnya, permainan ini memiliki cerita yang cukup panjang. Meskipun tidak bisa dipastikan betul mengenai budaya negara mana yang memengaruhi, namun, permainan tradisional ini bukan murni berasal dari budaya Indonesia.
Arab dan Afrika disinyalir menjadi budaya “penyumbang” hadirnya permainan ini di Indonesia. Dua negara tersebut memiliki catatan sejarah yang berhubungan dengan penciptaan permainan ini untuk yang pertama kalinya.
Sebuah bukti arkeologi ditemukan di Yordania pada 7000 hingga 5000 tahun sebelum Masehi. Hasil penemuan para arkeolog berupa lempengan batu kapur yang memiliki dua baris parallel seperti melingkar. Ciri penemuan ini sama seperti permainan congklak di zaman sekarang ini.
Penemuan tersebut membuat para arkeolog menduga bahwa papan dari permainan ini adalah papan permainan dengan usia tertua di dunia. Penemuan dari tanah Timur Tengah ini seolah meyakinkan para arkeolog bahwa congklak berasal dari Timur Tengah kemudian baru menyebar ke wilayah Afrika.
Penyebaran permainan ini kemudian dibawa oleh para pedagang Arab dan budak dari Afrika. Sebagai sebuah negara perlintasan, Indonesia menjadi wilayah yang sangat strategis untuk mendapatkan berbagai pengaruh dari budaya lain. Wajar jika kemudian, permainan ini pun mudah diterima bahkan langsung digemari oleh masyarakat Indonesia.
Keberadaan congklak di Indonesia, pada zaman dahulu identik dengan permainan para gadis yang berasal dari kalangan bangsawan Jawa. Ini menjadi mungkin mengingat kaum bangsawan lah yang mendapat akses terdekat dengan para pedagang yang datang dari berbagai negara. Seiring berjalannya waktu, permainan ini tidak lagi hanya dimainkan oleh gadis-gadis bangsawan Jawa.
Sementara di Sulawesi, permainan ini hanya dimainkan saat suasana berduka. Selebihnya, jika bermain congklak di luar masa-masa itu, akan dianggap tabu. Di Jawa Tengah, permainan ini digunakan sekaligus untuk menghitung musim. Para petani menggunakan perhitungan dari permainan ini untuk menanam dan panen. Bahkan juga digunakan untuk memprediksi apa yang terjadi di masa depan.
Cara Bermain Congklak
Kamu yang pernah bermain permainan ini pasti hafal betul bagaimana bentuk dari permainan ini dan cara memainkannya. Ya. Congklak adalah permainan dengan papan bercekung 16 yang masing-masing saling berhadapan. Dua di antara cekungan tersebut berbentuk lebih besar dibanding 7 cekungan yang lain. Ketujuh cekungan kecil tersebut menjadi halaman rumah kamu, tujuh lainnya menjadi halaman rumah lawan.
Papan permainan bisa terbuat dari kayu maupun plastik. Di zaman dahulu, papan kayu untuk permainan ini bahkan diukir sedemikian rupa. Di ujung papan, umumnya dibuatkan patung kepala naga. Namun, jenis papan seperti itu saat ini sudah sangat jarang ditemukan. Papan tersebut berganti dengan plastik yang sifatnya lebih ringkas. Karena, tidak terlalu memiliki massa.
Selain papan bercekung, elemen lain yang tidak boleh dilupakan ketika kamu memainkan permainan ini adalah biji untuk mengisi lubang-lubang cekungan. Biji yang digunakan bisa terbuat dari kerang ataupun bebatuan kecil. Jumlah biji yang dimasukkan ke dalam sebuah cekungan adalah tujuh.
Permainan baru bisa dimulai ketika masing-masing cekungan sudah diisi oleh biji-bijian tersebut. Siapa yang mulai lebih dulu biasanya disepakati bersama. Aturan mainnya sangat sederhana. kamu harus mengambil biji pada salah satu cekungan, kemudian membagikannya satu per satu pada cekungan yang ada di dalamnya. kamu diharuskan mengambil biji-bijian di cekungan yang terakhir mendapatkan biji. Begitu seterusnya sampai biji di tangan kamu habis dibagikan ke cekungan-cekungan.
Baca juga: Permainan bola kecil
Jika kebetulan biji terakhir yang kamu pegang menghuni cekungan yang kosong dan di depan cekungan tersebut penuh dengan biji-bijian, biji-bijian tersebut menjadi hak kamu. Atau istilah dalam permainannya adalah “nembak”. Dan itu akan menambah pundi-pundi biji kamu. Banyaknya biji yang kamu kumpulkan nantinya berpengaruh pada banyaknya cekungan yang bisa diisi. Permainan kamu akan berakhir ketika biji yang kamu bagikan berhenti di cekungan yang kosong.
Semakin sedikit cekungan yang diisi, tandanya kamu kalah. Pun sebaliknya. Semakin banyak sisa biji sementara cekungan sudah terisi penuh, menandakan bahwa kamu pemenangnya. Permainan ini benar-benar dilakukan atas dasar suka-suka. Jadi, kalaupun ada yang kalah, sifatnya benar-benar untuk hiburan dan tidak ada yang merasa dirugikan.
Permainan congklak juga mengajarkan pemainnya untuk berlaku jujur. Ketika tujuh buah biji yang ada di dalam genggaman siap dibagikan ke seluruh cekungan, ketika itu pula lah kamu diminta untuk jujur. Permainan ini sangat sederhana tetapi mengajarkan sebuah kejujuran yang nantinya menjadi bekal bagi anak-anak. Mereka diajarkan untuk harus jujur terhadap hitungan biji yang ada di tangan.
Permainan semacam congklak ini sudah seharusnya mendapat perhatian yang cukup besar dari masyarakat Indonesia. Bagaimana pun juga, permainan jenis ini lebih dahulu memberikan kesenangan dibanding dengan permainan masa kini yang harus diakui bersifat lebih individualis.
Mulai mengenalkan permainan-permainan seperti ini pada anak-anak adalah salah satu bentuk pelestarian budaya Indonesia, dalam hal ini budaya permainannya. Jangan melulu mengajak anak kamu jalan ke pusat-pusat perbelanjaan, menikmati berbagai permainan modern yang hanya bisa dinikmati oleh dirinya sendiri tanpa bersosialisasi dengan orang lain.
Baca juga: Musik Tradisional Adalah: 20 Jenis Alat Musik Indonesia
Carilah permainan-permainan tradisional seperti congklak, ular tangga, halma, bola bekel di pasar-pasar tradisional. Ajak mereka bermain dan ajarkan berbagai nilai kehidupan secara sederhana. Sesederhana permainan-permainan ini.