Balaibahasajateng, Contoh Mainan Tradisional dan Dampak Negatif Mainan Modern – Mainan merupakan sesuatu yang digunakan dalam permainan oleh anak-anak, orang dewasa, maupun hewan. Mainan bisa berupa berbagai jenis benda yang sengaja dibuat untuk tujuan bermain atau permainan. Namun, benda yang diproduksi untuk tujuan lain bisa juga disebut atau digunakan sebagai mainan. Misalnya, anak-anak kerap memainkan panci ibunya dan ditabuh layaknya sebuah drum. Anak-anak tersebut membayangkan kalau panci itu adalah mainan.
Ada pula produk mainan yang hanya ditujukan sebagai koleksi. Sudah berbagai jenis produk mainan dibuat oleh manusia, dari generasi ke generasi selalu berubah. Dahulu, manusia menciptakan mainan yang bahannya diambil langsung dari alam. Mainan ini diciptakan berdasarkan daya kreatif masing-masing. Seiring perkembangan zaman, manusia menciptakan mainan berbasis teknologi yang lebih canggih. Mainan itu kerap disebut sebagai mainan tradisional dan mainan modern.
Contoh Mainan Tradisional
Mainan tradisional tercipta di masa yang sudah lama berlalu. Jenis mainan ini sangat sederhana. Cara memainkannya pun sederhana saja. Di Indonesia, ada banyak yang masuk kategori mainan tradisional. Misalnya saja, congklak, bekel, ular tangga, dan lain-lain.
Mainan congklak punya beragam nama di setiap daerah. Di Jawa dikenal dengan dakon, dhakon, atau dhakonan. Di Lampung disebut dentuman lamban. Di Sulawesi dikenal sebagai makaoran, maggaleceng, aggalacang, dan nogarata. Di Malaysia dan Sumatra disebut congkak. Sedangkan orang Inggris menyebut mainan ini dengan mancala.
Permainan Congklak
Congklak dimainkan oleh dua orang dan biasanya yang memainkannya adalah anak perempuan. Media yang digunakan dalam mainan ini adalah sebuah papan yang dinamakan papan congklak dan 98 biji yang dinamakan biji congklak. Papan congklak biasanya terbuat dari bahan kayu dan plastik. Papan ini ada 16 lubang yang terdiri atas 14 lubang kecil yang saling berhadapan dan 2 lubang besar di kedua ujungnya. Bijinya sendiri menggunakan cangkang kerang, biji sawo, batu-batuan kecil, atau platik yang menyerupai kerang.
Congklak dimainkan sangat sederhana. Di awal permainan, setiap lubang kecil diisi dengan tujuh buah biji. Dua orang pemain yang saling berhadapan, salah seorang yang memulai dapat memilih lubang yang akan diambil dan meletakkan satu ke lubang di sebelah kanannya dan seterusnya. Jika biji habis di lubang kecil yang berisi biji lainnya, ia dapat mengambil biji-biji tersebut dan melanjutkan mengisi.
Jika habis di lubang besar miliknya maka ia dapat melanjutkan dengan memilih lubang kecil di sisinya. Jika habis di lubang kecil di sisinya maka ia berhenti dan mengambil seluruh biji di sisi yang berhadapan. Namun, jika berhenti di lubang kosong di sisi lawan maka ia berhenti dan tidak mendapatkan apa-apa. Permainan dianggap selesai bila sudah tidak ada biji lagi yang dapat diambil dan-seluruh biji ada di lubang besar kedua pemain. Pemenangnya adalah yang mendapatkan biji terbanyak.
Tidak ada yang tahu mengapa mainan ini identik dengan dunia perempuan. Menurut beberapa pendapat karena mainan ini berhubungan erat dengan manajemen atau pengelolaan keuangan. Pada masa lalu (bahkan hingga kini) kaum hawa disadari atau tidak berperanan penting dalam pengelolaan keuangan rumah tangga. Congklak dianggap menjadi sarana pelatihan terhadap pengelolaan atau manajemen keuangan tersebut.
Untuk anak laki-laki mungkin permainan semacam ini dianggap terlalu feminin, kurang menantang, tidak memerlukan kegiatan otot dan pengerahan tenaga yang lebih banyak. Jadi, barangkali dianggap terlalu lembut. Umumnya mainan congklak dilakukan di pendapa, berKamu rumah, atau di bawah pohon yang rindang dengan terlebih dulu menggelar tikar.
Permainan Kelereng
Kelereng disebut pula gundu, keneker, kelici, dan guli. Mainan kelereng merupakan sebuah bola kecil berbahan tanah liat, marmer, atau kaca. Ukurannya beragam, tetapi biasanya setengah inci (1,25 sentimeter) dari ujung ke ujung. Cara memainkannya yaitu dengan menyentil pakai jari untuk diarahkan ke kelereng lawan.
Ada berbagai macam cara bermain kelereng. Salah satu yang populer adalah dengan menggambar lingkaran kecil di tanah. Semua pemain menaruh satu kelereng di dalam lingkaran. Kemudian, masing-masing pemain menaruh kelereng sampai di luar lingkaran. Pemain yang kelerengnya paling jauh berhak main lebih dulu. Si pemain harus mencoba memakai kelereng yang ada di luar lingkaran sebagai striker atau gacoan untuk memukul kelereng di dalam lingkaran sampai keluar. Kelereng yang keluar menjadi milik pemain.
Permainan Bekel
Mainan bekel menggunakan media sebuah bola berbahan karet dan beberapa biji bekel berbahan logam kuningan. Cara bermainnya yaitu dengan mengambil biji bekel yang ditaruh di bawah secepat mungkin sebelum bola bekel memantul 2 kali setelah dilempar.
Biji bekel diambil satu per satu. Lalu diambil dua dua dan seterusnya hingga pada akhirnya seluruh biji bekel harus diambil dalam sekali genggaman, ketika bola bekel dilempar ke lantai dan memantul kembali. Setelah itu biji bekel harus disusun tegak satu per satu, dua dua dan seterusnya. Kemudian, biji bekel disusun miring ke kiri dan selanjutnya miring ke kanan.
Permainan Ular Tangga
Mainan ular tangga diciptakan pada tahun 1870. Mainan ini terdiri atas sebuah papan permainan yang dibagi ke dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar sejumlah “ular” dan “tangga” yang terhubung dengan kotak lain. Tidak ada papan permainan stKamur dalam ular tangga. Setiap orang bisa menciptakan papan mereka sendiri dengan jumlah kotak, ular, dan tangga yang berlainan.
Cara memainkannya yaitu setiap pemain mulai dengan bidaknya di kotak pertama (biasanya kotak di sudut kiri bawah) dan secara bergiliran melemparkan dadu. Bidak dijalankan sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul. Bila pemain mendarat di ujung bawah sebuah tangga, mereka dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain. Namun, bila mendarat di kotak dengan ular, mereka harus turun ke kotak di ujung bawah ular.
Pemenang adalah pemain pertama yang mencapai kotak terakhir. Biasanya bila pemain mendapatkan angka 6 dari dadu, mereka mendapat giliran sekali lagi. Bila tidak, maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya.
Sayangnya, sebagian besar mainan tradisional sudah punah dan tak ada yang memainkannya lagi sekarang. Mainan tradisional barangkali sudah dianggap kuno dan ketinggalan zaman.
Dampak Permainan Modern
Mainan yang biasanya menggunakan peralatan yang canggih disebut mainan modern. Kebanyakan mainan ini di impor dari negara-negara maju, seperti Amerika Serikat dan Jepang. Banyak pula yang didatangkan dari Cina. Contoh mainan modern, yakni boneka barbie, game watch, robot-robotan, pesawat-pewasatan, game online, dan playstation. Mainan tradisional tadi kian terdesak oleh serbuan mainan modern ini.
Padahal, mainan modern pengaruhnya pada pertumbuhan dan perkembangan anak terbilang kurang baik. Mainan modern kebanyakan bersifat individualis alias dimainkan sendirian. Ambil contoh mainan modern, seperti playstation. Mainan modern ini memang lebih mengasah anak dalam hal mengatur strategi agar tujuan dari mainan tersebut tercapai. Misalkan saat bermain game sepakbola. Anak-anak akan mengatur strategi tim yang dibelanya untuk memenangkan pertandingan.
Lalu, selain strategi, anak-anak terasah kemampuan koordinasi alat gerak dengan alat indranya. Konsentrasi juga sisi positif mainan ini. Namun, kemampuan sosial anak cenderung diabaikan. Anak-anak dapat bermain sendirian, tanpa kehadiran temannya.
Jika ada temannya pun, perhatian si anak akan terfokus pada layar televisi yang menayangkan adegan-adegan, bukan pada interaksi teman di sebelahnya. Pengaruh psikologi yang lebih mengerikan adalah bahwa mainan modern cenderung mendidik anak menjadi lebih agresif. Pengaruh ini akan “meracuni” sikapnya kelak. Selain itu, harganya pun mahal.
Mainan tradisional sendiri umumnya dimainkan secara berkelompok. Ini bisa melatih kemampuan sosial si anak. Kemampuan sosial ini bisa terasah karena anak diajarkan mengatur emosi, berempati pada teman, jujur, dan sabar. Selain itu, mainan tradisional bisa membentuk kemampuan motorik mereka. Misalnya, mainan tradisional, seperti congklak, menuntut anak untuk memegang biji congklak secara utuh sembari meletakkannya satu persatu ke dalam lubang dengan satu tangan. Motorik halus terasah dalam mainan ini.
Sayang sekali, mainan tradisional sudah jarang yang memainkannya sekarang. Faktor utama yang semakin menggerus mainan tradisional adalah semakin sedikitnya bahan untuk permainan ini, narasumber mainan yang semakin berkurang, serta orang tua yang menganggap mainan ini kotor dan kurang menarik untuk anak mereka.