Balaibahasajateng.web.id, Tari Tanggai: Sejarah, Gerakan, Iringan dan Properti – Indonesia, sebuah negara yang cukup besar dan dihiasi dengan berbagai tradisi dan kebudayaan, yang jika dihitung tidak akan ada habisnya. Coba sobat hitung, kira-kira tradisi atau kebudayaan apa saja yang sudah Anda ketahui dari Sabang hingga Merauke? Sudah ada ratusan atau ribuan belum?
Memang ya sob, negara kita ini memiliki banyak sekali kekayaan, mulai dari sumberdaya manusia, lingkungan dan lain-lain. Begitu juga tradisi kebudayaan yang dimiliki negara kita, sangat banyak dan beragam.
Misalnya adalah tarian tradisional yang pada artikel-artikel saya sebelumnya sudah banyak membahasnya. Nah, pada kesempatan kali ini saya akan membagikan informasi seputar tari tanggai yang berasal dari daerah Palembang, Sumatera Selatan.
Seperti apa informasi yang akan saya bagikan? Yuk langsung saja kita masuk ke pembahasan utama kita.
Pengertian Tari Tanggai
Tari tanggai adalah salah salah satu tarian tradisional yang berasal dari dari banyaknya kesenian tari di Indonesia, yakni dari Kota Palembang, Sumatera Selatan. Tarian ini biasanya dipentaskan untuk menyambut tamu yang telah memenuhi undangan.
Tarian ini sendiri menggambarkan keramahan dan rasa hormat para penduduk Palembang atas kedatangan sang tamu. Di dalam gerakan tarian ini mengandung sebuah makna tersembunyi yakni ucapan selamat datang dari orang yang mengadakan upacara kepada para tamu.
Tarian ini hasil dari kombinasi antara seni musik tradisional dan gerakan yang lemah lembut dengan busana khas daerah. Sehingga membuat para penarinya terlihat lebih cantik pada saat pementasan.
Gerakan yang luwes dan kelentikan jemari para penari mengggambarkan betapa tulusnya tuan rumah dalam memberikan penghormatan kepada tamunya. Keserasian lagu pengiring yang berjudul “enam bersaudara” dengan dikombinasikan gerakan gemulai para penari menggambarkan kehangatan kehidupan masyarakat Palembang.
Pemberian nama tari tanggai disebabkan oleh para penari yang membawakan tarian ini semuanya menggunakan tanggai yang dipasangkan di delapan jari kecuali jari jempol. Tanggai sendiri adalah benda yang terbuat dari perak atau kuningan yang selanjutnya dipasangkan di ujung jari tangan.
Keindahan dan kekuatan tari tanggai ini terletak pada tanggai (kuku palsu) yang digunakan oleh para penarinya
Tarian tanggai ini memiliki fungsi selain sebagai media hiburan dan penyambutan adalah sebagai media pendidikan. Pada tarian ini orang yang sedang melihatnya akan mengetahui keindahan budaya yang ada di Palembang dan mempelajari bagaimana tarian ini dilakukan.
Sejarah Tari Tanggai
Tarian tanggai adalah jenis tarian tradisional tua yang awalnya lebih bersifat sakral dan disucikan. Sebuah bentuk tari persembahan sehingga tidak boleh sembarangan ditarikan. Tarian ini diperkirakan sudah ada sejak Wangsa Syailendra berkuasa di Sriwijaya. seperti yang diketahui bersama bahwa sebagian besar raja-rajanya adalah penganut Agama Budha Mahayana.
Pada masa penjajahan Belanda, ada aturan yang melarang perempuan menari. Sebab hanya laki-laki saja yang diperbolehkan, maka mereka pun tertarik untuk menarikannya.
Sekitar tahun 1920, mereka menarikan tarian ini menggunakan properti tanggai dan sekapur sirih. Tariannya juga memiliki nama yang sedikit berbeda, yakni tari tanggai atau tari tepak.
Kemudian pada masa penjajahan Jepang, tarian ini diperbolehkan untuk ditampilkan lagi. Pihak Jepang meminta Sukainah Rozak selaku Putri Karesidenan Palembang untuk menciptakan tari gending sriwijaya. Untuk syairnya sendiri diciptakan oleh Nung Cik AR, dan musiknya diciptakan oleh Dahlan Mahibat.
Pada zaman pemberontakan PKI tahun 1965, Nung Cik AR ditangkap sebab dirasa menjadi anggota dari PKI, kemudian gending Sriwijaya dilarang untuk ditampilkan. Daerah Palembang sejak masa tersebut tidak memiliki tarian untuk penyambutan tamu kehormatan negara, sehingga Elly Rudi dan Anna Kumari mengangkat kembali tari tanggai sebagai tarian penyambutan.
Baca Juga: Pola lantai Tari Saman
Gerakan Tari Tanggai
Selama ini, tarian tanggai sering dipentaskan pada acara-acara adat di Palembang. Segi keindahan tarian ini dapat dilihat dari gerak gemulai dengan busana khas daerah kelima penarinya. Salah satu penarinya ada yang membawa tepak sekapur sirih, pinang, kapur, gambir, dan tembakau.
Sirih yang dimaksud adalah sebagai bentuk simbol penghormatan kepada sang tamu bahwa masyarakat Palembang siap menerima tamu tersebut. Terdapat dua macam kapur sirih yang dibawa oleh para penari yaitu sirih jadi dan sirih tidak jadi.
Untuk sirih yang tidak jadi nantinya akan diramu sendiri oleh tamunya.
Struktur dari tarian tanggai ini dapat dilihat dari tiga bagian, yaitu gerakan awal, gerakan pokok dan gerakan akhir. Untuk penjelasannya sebagai berikut ini:
- Gerakan Awal
- Gerak masuk posisi sembah.
- Gerak Borobudur hormat.
- Gerak sembah berdiri.
- Jalan keset
- Kecubung berdiri atas kanan.
- Kecubung atas kiri.
- Ukur benang.
- Gerak Pokok
- Tutur sabda.
- Sembah duduk.
- Tabur bunga duduk kanan dan kiri.
- Memohon duduk kanan.
- Kecubung duduk kanan dan kiri.
- Stupa kanan dan kiri.
- Tutur sabda.
- Borobudur.
- Ulur benang.
- Gerak Akhir
- Tolak bala berdiri kanan dan kiri.
- Nyimpang kanan dan kiri.
- Mendengar berdiri kanan dan kiri.
- Tumpang tali.
- Alur benang berdiri kanan dan kiri.
- Sembah berdiri.
- Borobudur berdiri.
- Borobudur terhormat.
Baca Juga: Properti Tari Yospan
Pakaian Dan Iringan Tari Tanggai
Tarian ini hampir memiliki kesamaan dengan tari gending Sriwijaya. Perbedaan antara keduanya dapat dilihat dari jumlah penari yang memainkan tarian ini yakni untuk tari tanggai dimainkan oleh 5 orang, sedangkan tari gending Sriwijaya ditarikan oleh 9 orang penari.
Dalam hal perlengkapan, tari gending Sriwijaya lebih lengkap.
Para penari tari tanggai ini menggunakan properti khas daerah Palembang, yakni songket, pending, dadat, sanggul malang, kalung kembang urat (ranai), kembang goyang, tajuk cempako dan tunggai.
Iringan musik yang digunakan dalam tarian ini adalah penggabungan sebuah instrumen yang dikerjakan oleh komponis dalam menyajikan musik iringan tarian ini. Jenis musik pengiring yang digunakan dalam tarian ini ada dua elemen, yaitu bunyi alat musik yang dimainkan secara berkelompok yang membentuk semacam orkestra.
Alat-alat musiknya berupa alat musik tradisional Palembang yakni akordion, biola, gendang, gong, dan lain-lain. Hasil bunyi dari suara alat musik tersebut memiliki fungsi sebagai pengatur irama sekaligus menjadi identitas budaya Melayu.
Selain alat musik tersebut, tarian ini juga diiringi oleh dendang syair yang dinyanyikan oleh seorang penyanyi. Syair yang digunakan adalah sebuah lagu yang sudah saya sebutkan sebelumnya, yakni “enam bersaudara”.
Walaupun tidak diketahui secara pasti siapa pengarangnya, akan tetapi hingga sekarang lagu ini sudah sangat populer di kalangan masyarakat Sumatera Selatan sendiri, Bagaimana sobat, menarik bukan kebudayaan-kebudayaan yang ada di negara yang kita cintai ini? Oleh sebab itu mari kita jaga bersama sebagai generasi penerus bangsa ini.
Baca Juga : Tari legong berasal dari
Penutup
Nah, mungkin hanya itu saja ya sobat, informasi yang dapat saya berikan tentang tari tradisional tanggai yang berfungsi sebagai tari penyambutan dari daerah Palembang, Sumatera Selatan. Semoga dengan sedikit informasi ini dapat membantu dan menambah pengetahuan sobat semua. Cukup sekian dan salam dari penulis.